Ringkasan Cerita Komik:
Kue-Kue Mao
Oleh : Santun Nur Istiqomah Kelas 71
Di suatu tempat jauh, tersembunyi di balik pegunungan berkabut, terdapat sebuah sekolah sihir yang penuh dengan keajaiban dan misteri. Di sekolah ini, para siswa belajar berbagai mantra dan ilmu sihir untuk menjadi penyihir hebat. Namun, di antara mereka ada seorang siswa baru bernama Mao. Mao memiliki rambut hitam legam yang selalu berantakan dan mata cokelat yang berkilau dengan semangat, meskipun ia sering terlihat murung.
Mao baru saja pindah ke sekolah sihir itu, dan sejak hari pertama, ia merasa berbeda. Semua teman-temannya tampak hebat dan cekatan menggunakan tongkat sihir mereka, mengucapkan mantra dengan mudah, dan menciptakan keajaiban di depan mata. Sayangnya, hal itu tidak berlaku bagi Mao. Meski ia sudah berusaha keras, tangannya selalu gemetar setiap kali memegang tongkat sihir, dan mulutnya seakan terkunci saat mencoba mengucapkan mantra. Setiap kali ia mencoba, yang muncul hanyalah percikan kecil atau bahkan tidak ada apa-apa sama sekali. Hal ini membuat Mao sering diejek dan dijauhi oleh teman-temannya.
"Mao si penyihir bodoh!" teriak salah satu siswa sambil tertawa. Yang lain ikut tertawa, dan Mao hanya bisa menunduk malu. Dia berusaha tetap kuat, tetapi ejekan itu seperti jarum-jarum kecil yang menusuk hatinya setiap hari. Mao merasa sangat kesepian, dan sering kali dia hanya duduk di pojok kelas sambil menatap buku-buku sihirnya yang terbuka namun tak pernah bisa ia pahami sepenuhnya.
Namun, di tengah semua kekecewaannya, Mao bertemu dengan seorang gadis bernama Luna. Luna adalah seorang siswa yang pandai dan baik hati, dengan rambut berwarna perak yang panjang dan mata biru terang. Berbeda dari yang lain, Luna tidak pernah mengolok-olok Mao. Ia malah tertarik dengan kegigihan Mao yang meski selalu gagal, tetap mencoba lagi dan lagi.
"Kenapa kamu terus mencoba?" tanya Luna suatu hari saat mereka berdua berada di perpustakaan. Mao mengangkat bahunya dan tersenyum kecil.
"Aku ingin bisa seperti yang lain. Aku ingin membuktikan kalau aku juga bisa," jawab Mao pelan, suaranya hampir tenggelam oleh suara lembaran buku yang dibalik di sekitar mereka. Mendengar itu, Luna tersenyum dan memutuskan untuk membantu Mao.
Setiap sore setelah pelajaran berakhir, Luna dan Mao akan pergi ke taman sekolah yang sepi. Di sana, Luna mengajarkan Mao cara memegang tongkat dengan benar, cara mengucapkan mantra dengan percaya diri, dan yang paling penting, bagaimana percaya pada diri sendiri. Luna tidak pernah marah saat Mao gagal. Ia selalu tersenyum dan berkata, "Kita coba lagi, Mao."
Lambat laun, dengan kesabaran dan bimbingan Luna, Mao mulai menunjukkan kemajuan. Ia masih sering gagal, tetapi sedikit demi sedikit, percikan yang muncul saat ia mengayunkan tongkatnya semakin terang. Hingga suatu hari, saat Mao sedang berlatih sendirian, ia berhasil mengucapkan mantra dengan sempurna, menciptakan seekor burung kecil dari percikan cahaya yang terbang mengelilinginya. Mao terkejut, tetapi juga sangat gembira. Ia berlari mencari Luna dan menunjukkan hasil latihannya. Luna tersenyum bangga.
"Ini baru awal, Mao. Kamu bisa lebih hebat lagi," kata Luna sambil memberi semangat. Mao mulai merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya—keyakinan bahwa ia tidak lebih buruk dari yang lain.
Sejak saat itu, Mao tidak lagi takut pada kegagalan. Ia semakin rajin berlatih, dan perlahan-lahan, ia mulai menguasai berbagai mantra. Para siswa lain yang dulu mengejeknya kini mulai terdiam dan memperhatikan. Meski awalnya sulit, Mao kini menjadi sosok yang dihormati karena ketekunan dan semangatnya. Ia membuktikan bahwa meski awalnya ia dianggap lemah, dengan bantuan seorang sahabat dan kemauan untuk terus berusaha, ia bisa menjadi lebih hebat dari yang pernah ia bayangkan.
Kini, Mao dan Luna selalu bersama. Persahabatan mereka tumbuh semakin kuat, dan mereka selalu saling mendukung di setiap langkah. Mao menyadari bahwa kekuatan sejati tidak hanya berasal dari sihir, tetapi juga dari persahabatan dan keberanian untuk bangkit setiap kali jatuh.
Kue-Kue Mao yang awalnya hanya sekadar impian kini menjadi nyata. Ia berhasil menciptakan kue-kue sihir yang istimewa, yang membuat siapa pun yang memakannya merasakan hangatnya persahabatan dan semangat untuk tidak pernah menyerah.