Air Mata dan Kenangan Terukir di Upacara Terakhir Pak Abbas di Spenlim

Senin (24/2) pagi, lapangan Spenlim menjadi saksi bisu momen perpisahan yang mengharukan. Upacara bendera yang biasanya rutin dilaksanakan, kali ini terasa berbeda. Bapak Abbas, S.Pd., sosok guru PJOK yang dikenal penuh semangat, berdiri tegap sebagai pembina upacara, untuk yang terakhir kalinya.
Bukan hanya amanat yang disampaikan, tetapi juga jejak-jejak kenangan yang terukir selama puluhan tahun mengabdi. Suara beliau yang biasanya lantang memimpin senam pagi, terdengar bergetar saat mengucapkan salam perpisahan. Tatapan matanya menyapu seluruh siswa, seolah ingin merekam setiap wajah yang pernah beliau didik.
"Saya ingat betul, dulu Pak Abbas selalu mengajak kami lari pagi keliling lapangan. Beliau selalu bersemangat, bahkan lebih semangat dari kami," ujar Salahudin, salah satu siswa kelas 9, dengan mata berkaca-kaca.
Tak hanya siswa, para guru pun tak kuasa menahan haru. Pak Muhajir, rekan kerja Pak Abbas, mengenang sosok beliau sebagai guru yang penuh dedikasi dan humoris. "Pak Abbas selalu punya cara untuk membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Kami akan merindukan canda tawanya," tuturnya.
Di tengah khidmatnya upacara, beberapa siswa terlihat menyeka air mata. Momen ini bukan sekadar upacara bendera, tetapi juga perpisahan dengan sosok yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan sekolah.
"Pak Abbas itu seperti ayah bagi kami. Beliau selalu memberikan motivasi dan dukungan. Kami sedih harus berpisah dengan beliau," kata Aditya, dengan suara tercekat.
Upacara bendera pagi itu diakhiri dengan pelukan hangat dan ucapan terima kasih dari seluruh warga sekolah. Pak Abbas, dengan senyum yang dipaksakan, melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Langkahnya meninggalkan lapangan sekolah, meninggalkan jejak kenangan yang akan selalu dikenang.