Kejujuran Lebih Berharga

Kejujuran Lebih Berharga
Oleh : TM
Ulangan Matematika berlangsung hening. Rudi, siswa kelas VII, menggigit ujung pensilnya dengan cemas. Soal nomor lima membuatnya buntu. Ia melirik ke samping, melihat jawaban di kertas Fajar, lalu diam-diam menyalin.
Tak lama, Bu Rina, guru mereka, berjalan mendekat. Ia melihat gerakan mencurigakan Rudi. Dengan suara lembut, ia berbisik, "Rudi, setelah ulangan, Ibu ingin bicara sebentar, ya."
Usai ulangan, Rudi berdiri di depan meja Bu Rina dengan wajah tertunduk. "Ibu tahu, kamu menyontek tadi. Tapi Ibu ingin bertanya, apa yang lebih penting, nilai tinggi atau kejujuran?"
Rudi terdiam. Bu Rina tersenyum, "Kegagalan dalam ulangan bisa diperbaiki dengan belajar. Tapi jika kamu terbiasa menyontek, itu akan merugikan dirimu sendiri. Ibu yakin kamu bisa lebih baik dengan usaha sendiri."
Rudi mengangguk pelan. "Maaf, Bu. Saya janji tidak akan menyontek lagi."
Bu Rina menepuk pundaknya, "Bagus. Mulai sekarang, ayo berusaha lebih keras. Ibu percaya kamu bisa!"
Sejak hari itu, Rudi belajar lebih giat. Ia menyadari bahwa kejujuran dan usaha sendiri jauh lebih berharga daripada nilai instan.