Rahasia di Balik Punggung (Bagian 8)

Rahasia di Balik Punggung (Bagian 8)
By : End
Gagang pintu terus berputar. Napas Lisa tersengal saat ia menarik Maya mendekat. Mereka hanya punya beberapa detik sebelum pintu terbuka.
Dion dari bawah melambaikan tangan dengan panik. “Cepat!” bisiknya.
May akhirnya meluncur turun dengan seprai, tapi sebelum Lisa bisa menyusul, pintu kamar tiba-tiba terdorong dengan keras.
BRAK!
Lisa menoleh cepat—dan jantungnya hampir berhenti.
Di ambang pintu, berdiri seorang pria dengan hoodie hitam. Wajahnya tidak terlihat jelas dalam bayangan, tetapi sorot matanya tajam dan mengancam.
Tanpa berpikir panjang, Lisa meraih buku tebal dari meja dan melemparkannya ke arah pria itu.
DUK!
Pria itu sedikit mundur, cukup memberi Lisa kesempatan untuk melompat ke jendela dan meraih seprai. Tapi sebelum ia bisa turun, tangan pria itu menangkap pergelangan kakinya dengan kuat.
Lisa menahan teriakannya. Jantungnya berpacu liar saat pria itu menariknya ke atas.
“Jangan macam-macam…” suara pria itu dalam dan mengintimidasi.
Dari bawah, Dion langsung bertindak. Ia mengambil batu kecil dari tanah dan melemparkannya ke arah pria itu dengan sekuat tenaga.
PLAK!
Batu itu mengenai bahu pria itu, cukup membuat genggamannya melemah. Lisa tidak membuang waktu—dengan sekuat tenaga, ia menendang tangan pria itu dan meluncur turun dengan cepat.
Begitu kakinya menyentuh tanah, May langsung menariknya ke belakang pohon. Rinea berbisik dengan suara gemetar, “Kita harus pergi dari sini sekarang juga!”
Tapi Lisa masih menatap ke jendela. Pria itu berdiri di sana, menatap mereka dengan dingin.
Dan kemudian, ia mengangkat ponselnya—dan memotret mereka.
Dion menggertakkan giginya. “Dia tahu siapa kita.”
Lisa merasa dingin menjalar di punggungnya. “Kita harus tahu siapa dia lebih dulu.”
May menarik lengan Lisa. “Tapi bagaimana kalau dia bagian dari mereka? Bagaimana kalau dia tahu lebih banyak dari yang kita duga?”
Lisa menggenggam dokumen yang masih ada di tangannya. Malam ini mereka sudah terlalu jauh melangkah.
Dan kini, mereka bukan hanya mengejar kebenaran.
Mereka sedang diburu.
Bersambung...........