Perjalanan Penemuan Diri

Perjalanan Penemuan Diri

Saat hari terakhir Ramadhan mendekat, aku merenungkan perjalanan yang telah kulalui selama sebulan terakhir. Aku memulai bulan suci ini dengan campuran kegembiraan dan kekhawatiran, bersemangat untuk terhubung kembali dengan imanku tetapi juga takut akan tantangan yang ada di depan.

Beberapa hari pertama sangat berat. Mematahkan kebiasaan lamaku untuk makan di siang hari sangatlah sulit, dan kurang tidur juga membuatku lelah. Namun seiring berjalannya hari, aku mendapati diriku beradaptasi dengan rutinitas baru. Aku mulai menghargai kesunyian dan kesendirian yang datang dengan berpuasa, dan aku mendapati diriku tertarik pada Al-Quran, kata-katanya beresonansi denganku dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Seiring berjalannya bulan, aku melihat perubahan pada diriku. Aku menjadi lebih sabar, lebih penyayang, dan lebih memperhatikan tindakanku. Aku lebih murah hati dengan waktu dan sumber dayaku, dan aku berusaha untuk terhubung dengan orang-orang di sekitarku. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan yang sudah lama tidak kurasakan.

Pada hari terakhir Ramadhan, aku duduk di kamarku, merenungkan perubahan yang terjadi di dalam diriku. Aku menyadari bahwa aku bukan lagi orang yang sama seperti di awal bulan. Aku telah menjadi versi diriku yang lebih baik, seseorang yang lebih terhubung dengan imannya dan lebih memperhatikan tindakannya.

Aku merasakan rasa syukur atas kesempatan untuk mengalami bulan suci ini, dan aku berdoa agar perubahan yang telah kulakukan akan terus membentuk hidupku menjadi lebih baik.

Saat aku bersiap untuk perayaan Idul Fitri, aku merasakan kegembiraan dan antisipasi. Aku sangat menantikan untuk berbagi kegembiraan Idul Fitri dengan orang-orang yang kucintai, dan aku bersemangat untuk melanjutkan perjalanan penemuan diriku.

Aku tahu bahwa tantangan hidup akan terus berlanjut, tetapi aku juga tahu bahwa aku memiliki kekuatan dan ketahanan untuk menghadapinya. Aku telah belajar bahwa esensi sejati Ramadhan tidak terletak pada puasa atau sholat, tetapi pada transformasi hati.

Maka, saat hari terakhir Ramadhan berakhir, aku muncul dari bulan itu bukan sebagai orang yang sama seperti dulu, tetapi sebagai orang baru, orang yang lebih tercerahkan, lebih penyayang, dan lebih terhubung dengan imannya.

(S1)