Api Semangat di Lapangan Debu

Api Semangat di Lapangan Debu
Mentari Bima sore itu membakar semangat anak-anak di lapangan Manggemaci. Debu mengepul setiap kali bola plastik butut itu direbut dengan sengit. Di antara mereka, ada seorang anak kurus bernama Ilham. Kaki kirinya sedikit pincang akibat polio masa kecil, namun matanya berbinar setiap kali bola menyentuh kakinya.
Tim Ilham selalu kalah. Bukan karena kurang semangat, tapi lawan mereka, yang dipimpin oleh si jangkung Rian, memang lebih terampil. Sore itu, skor sudah telak 5-0. Beberapa teman Ilham mulai terlihat lesu, bahu mereka terkulai. Namun, tidak dengan Ilham. Ia terus berlari, mengejar bola yang seringkali lolos dari jangkauannya, wajahnya penuh tekad.
"Sudahlah, Ilham," celetuk Adi, teman setimnya, sambil mengusap keringat di dahi. "Kita tidak mungkin menang."
Ilham berhenti sejenak, menatap mata Adi yang penuh keputusasaan. "Mungkin benar kita tidak akan menang hari ini, Adi. Tapi itu bukan berarti kita berhenti berusaha. Yang penting bukan skor akhirnya, tapi bagaimana kita bermain sampai peluit berbunyi."
Kata-kata Ilham sederhana, namun ada semangat yang membakar di dalamnya. Ia kembali berlari, merebut bola dari kaki Rian dengan sekuat tenaga, meski akhirnya bola itu direbut kembali. Namun, kali ini, ada sedikit perbedaan. Semangat Ilham menular. Adi mulai berlari lebih cepat, mencoba merebut bola. Begitu juga teman-teman lainnya. Mereka mungkin masih tertinggal jauh, tapi keinginan untuk mencetak gol, untuk memberikan perlawanan, kembali menyala.
Pertandingan berakhir dengan skor tetap 5-0. Mereka kalah, lagi. Namun, saat berjalan meninggalkan lapangan, tidak ada wajah muram seperti biasanya. Ada kelelahan, tentu saja, tapi juga ada senyum tipis di bibir Ilham dan beberapa temannya. Mereka tidak menang, tapi mereka bermain dengan segenap hati, dengan keinginan yang membara untuk tidak menyerah. Ilham tahu, sore ini ia telah belajar sesuatu yang lebih berharga dari sekadar kemenangan: bahwa menang bukanlah segalanya, tetapi keinginan untuk menang, semangat untuk berjuang sampai akhir, itulah segalanya. Dan semangat itu, sekecil apapun, selalu memiliki kekuatan untuk mengubah jalannya permainan, bahkan jika skor akhir tak berpihak. Di bawah langit Bima yang mulai merona jingga, Ilham memeluk erat bola bututnya, siap untuk mencoba lagi esok hari.