Jejak Tulus di Setiap Langkah

Jejak Tulus di Setiap Langkah

By : S1


Mentari senja di Bima memeluk lembut rumah-rumah panggung di pesisir. Di sebuah gubuk sederhana, tinggal seorang nelayan tua bernama Ama Lelo. Hari itu, tangkapannya tak seberapa, hanya beberapa ekor ikan kecil. Namun, wajahnya tetap tenang, tanpa keluh kesah. Ia tahu, laut tak selalu memberikan apa yang ia harapkan.

Di desa itu, Ama Lelo dikenal dengan ketulusan hatinya. Setiap kali ada tetangga yang sakit, ia tak ragu membantu, meskipun hanya dengan membawakan air atau menemani. Jika ada anak-anak yang kelaparan, ia akan berbagi sedikit nasi dan ikan yang ia punya, tanpa mengharapkan imbalan. Ia melakukannya bukan karena ingin dipuji, tapi karena memang hatinya tergerak untuk membantu sesama.

Suatu hari, badai besar melanda perairan Bima. Banyak perahu nelayan yang rusak, dan beberapa nelayan hilang di laut. Ama Lelo, dengan perahunya yang kecil dan sederhana, turut membantu mencari. Ia menyisir pantai dan laut dengan tekun, tanpa kenal lelah. Setelah berhari-hari mencari, ia menemukan seorang nelayan muda terdampar di pulau kecil tak berpenghuni. Dengan hati-hati, ia membawa nelayan itu kembali ke desa.

Seluruh desa menyambut Ama Lelo dan nelayan muda itu dengan haru. Mereka memuji keberanian dan ketulusan hati Ama Lelo. Namun, Ama Lelo hanya tersenyum tulus. "Saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan," katanya sederhana.

Malam itu, di gubuknya yang sederhana, Ama Lelo duduk termenung di depan lampu minyak. Tangkapannya memang sedikit, namun hatinya terasa hangat. Ia tidak mengharapkan pujian atau imbalan. Kebahagiaan baginya bukan terletak pada seberapa banyak ikan yang ia dapat, atau seberapa besar pujian yang ia terima. Kebahagiaan itu hadir setiap kali ia bisa membantu sesama, setiap kali ia bisa memberikan sedikit kebaikan dengan hati yang tulus.

Di tengah kesederhanaan hidupnya, Ama Lelo menemukan kebahagiaan yang hakiki. Ia tidak mengejar kekayaan atau ketenaran. Ia hanya menjalani hidup dengan hati yang bersih dan tulus, memberikan apa yang ia punya dengan ikhlas. Dan di setiap senyum terima kasih dari orang yang ia bantu, di setiap kehangatan persaudaraan di desanya, Ama Lelo merasakan kebahagiaan yang jauh lebih berharga dari sekadar materi. Ia membuktikan bahwa ketulusan hati adalah kunci sejati untuk membuka pintu kebahagiaan, bahkan di tengah kerasnya kehidupan di pesisir Bima.