Membaca Membentuk Jiwa dan Pikiran Seseorang

"Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik." (Buya Hamka)
Ungkapan "Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik" mengandung metafora yang kuat tentang pentingnya kualitas bacaan dalam membentuk jiwa dan pikiran seseorang. Layaknya makanan fisik yang kita konsumsi sehari-hari mempengaruhi kesehatan tubuh, buku-buku yang kita baca menjadi asupan bagi "roh" atau batin kita. Buku-buku berkualitas, yang sarat akan ilmu pengetahuan, nilai-nilai luhur, inspirasi, dan pemikiran yang konstruktif, berperan sebagai nutrisi yang menyehatkan jiwa. Mereka memperkaya wawasan, mempertajam empati, memperluas perspektif, dan menumbuhkan kebijaksanaan. Dengan membaca karya-karya yang baik, kita secara aktif memberi makan pikiran dan hati kita dengan hal-hal yang positif dan membangun.
Sebaliknya, membaca buku-buku yang dangkal, penuh dengan konten negatif, atau tidak memiliki nilai edukatif dapat diibaratkan mengonsumsi "junk food" bagi jiwa. Meskipun mungkin memberikan kesenangan sesaat, dalam jangka panjang, asupan semacam itu dapat merusak kualitas pemikiran, menumpulkan kepekaan, dan bahkan menanamkan nilai-nilai yang kurang baik. Oleh karena itu, bijak dalam memilih bacaan sama pentingnya dengan bijak dalam memilih makanan. Buku-buku yang baik adalah investasi berharga bagi pertumbuhan pribadi dan spiritual, yang mampu membentuk karakter, memperkaya kehidupan batin, dan mengantarkan kita pada pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitar.