Iman Tanpa Ilmu

Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri. (Buya Hamka)
"Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi."
Peribahasa ini menggambarkan betapa lemah dan tidak terarahnya iman yang tidak didasari oleh ilmu pengetahuan. Seorang bayi yang memegang lentera tidak mengerti cara menggunakan atau mengarahkannya. Cahaya lentera ada, namun tidak memberikan manfaat yang optimal. Demikian pula, iman tanpa pemahaman yang benar, tanpa wawasan yang luas, mudah goyah, disalahgunakan, atau bahkan menjadi fanatik buta. Ia tidak memiliki landasan yang kokoh untuk bertindak secara benar dan bermanfaat.
"Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri."
Di sisi lain, peribahasa ini melukiskan bahaya ilmu pengetahuan yang tidak diiringi oleh keimanan atau nilai-nilai moral. Seorang pencuri yang memegang lentera menggunakan cahayanya untuk tujuan yang buruk, untuk mencari celah kejahatan dan merugikan orang lain. Begitu pula, ilmu tanpa kendali moral dapat disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang merugikan, menciptakan kerusakan, atau menindas. Kecerdasan dan pengetahuan menjadi alat untuk kejahatan, bukan kebaikan.
Kedua peribahasa ini secara bersamaan menekankan pentingnya keseimbangan dan integrasi antara iman dan ilmu. Iman memberikan arah dan tujuan yang benar bagi ilmu, sementara ilmu memberikan pemahaman dan kekuatan bagi iman untuk diimplementasikan secara efektif dan bermanfaat. Keduanya adalah pilar penting dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan memberikan kontribusi positif bagi sesama. Tanpa keduanya, potensi diri menjadi tidak optimal atau bahkan berbahaya.