Melodi Tersembunyi di Balik Debu

Melodi Tersembunyi di Balik Debu

By : Timed Spenlim 

Di sebuah sudut kota Bima yang ramai, hiduplah seorang seniman tua bernama Pak Made. Tangannya yang keriput telah mengukir ratusan patung kayu, namun kini ia merasa semangatnya mulai meredup. Studio kecilnya dipenuhi debu dan kenangan, seolah-olah gema melodi inspirasi telah lama menghilang.

Suatu sore yang terik, seorang anak muda bernama Rina datang berkunjung. Rina adalah seorang pelajar yang gemar meneliti kebudayaan lokal. Matanya yang berbinar menatap sekeliling studio Pak Made, seolah mencari harta karun di antara tumpukan kayu dan pahatan.

"Pak Made," kata Rina dengan sopan, "saya dengar Bapak adalah pemahat terbaik di Bima. Mengapa Bapak tidak lagi menciptakan karya?"

Pak Made menghela napas. "Nak, gergaji saya sudah tumpul, dan ide-ide saya sudah kering. Rasanya tidak ada lagi keindahan yang bisa saya ukir." Ia menunjuk ke sebuah balok kayu besar yang teronggok di sudut, diselimuti debu tebal. "Itu sudah bertahun-tahun di sana. Balok kayu biasa, tidak ada yang istimewa."

Rina mendekat, menyentuh permukaan balok kayu itu. Ia merasakan tekstur kasarnya, dan entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang tersembunyi di dalamnya. "Bolehkah saya mencoba?" tanya Rina, suaranya penuh keingintahuan.

Pak Made tersenyum tipis. "Silakan saja, Nak. Tapi jangan terlalu berharap."

Dengan pinjaman pahat dan palu tua dari Pak Made, Rina mulai bekerja. Ia bukan pemahat ahli, tapi ia punya ketekunan yang luar biasa. Setiap sore setelah sekolah, ia datang ke studio, membersihkan debu, dan mulai mengikis sedikit demi sedikit. Awalnya, ia hanya mengikuti alur alami serat kayu, membuang bagian yang rapuh. Pak Made hanya memperhatikan dari jauh, sedikit terheran dengan semangat Rina.

Hari berganti minggu. Di bawah tangan Rina yang telaten, perlahan-lahan, bentuk mulai muncul dari balok kayu yang tadinya kusam. Lekukan-lekukan halus, detail-detail kecil yang belum pernah dilihat Pak Made. Rina tidak mencoba memaksakan bentuk, ia membiarkan kayu itu sendiri yang menuntunnya.

Akhirnya, setelah berminggu-minggu, balok kayu yang "biasa" itu berubah menjadi sebuah patung. Itu adalah patung seorang penari perempuan, dengan gerakan yang luwes dan ekspresi wajah yang penuh kedamaian. Patung itu seolah-olah menari di udara, memancarkan keindahan yang tersembunyi di balik debu dan asumsi.

Pak Made terpaku. Ia tidak percaya apa yang dilihatnya. "Ini... ini luar biasa, Nak. Bagaimana kamu bisa melihat ini dalam balok kayu biasa?"

Rina tersenyum. "Pak Made, saya hanya membersihkan debunya dan mengikuti apa yang kayu itu ingin menjadi. Setiap benda, setiap orang, pasti punya melodi tersembunyi. Kita hanya perlu punya kesabaran dan keyakinan untuk menemukannya."

Sejak hari itu, studio Pak Made kembali hidup. Ia mengambil pahatnya lagi, inspirasinya kembali menyala. Ia belajar dari Rina bahwa potensi seringkali tersembunyi di tempat yang paling tidak kita duga, dan bahwa ketekunan adalah kunci untuk mengungkapnya.