Bersikap Diam (Menjaga Lisan)

Bersikap Diam (Menjaga Lisan)

Ayat Al-Qur'an:

Surah Qaf Ayat 18:

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu hadir."

Makna:

Ayat ini menekankan pentingnya menjaga lisan dan menyadarkan kita bahwa setiap perkataan yang kita ucapkan, baik yang baik maupun yang buruk, dicatat oleh malaikat. Ini adalah peringatan keras bahwa setiap kata memiliki bobot dan akan dimintai pertanggungjawaban di hari perhitungan. Konsekuensi dari setiap ucapan, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan kembali kepada kita. Oleh karena itu, bersikap diam dalam konteks ini berarti lebih memilih untuk tidak berbicara jika perkataan tersebut tidak membawa manfaat, berpotensi menimbulkan dosa, atau menyakiti orang lain.

Lebih jauh, ayat ini mengajarkan kita untuk senantiasa berpikir sebelum berbicara. Ketika kita menyadari bahwa ada "malaikat pengawas" yang mencatat setiap kata, kita akan lebih berhati-hati dalam memilih kosakata, intonasi, dan tujuan dari ucapan kita. Ini mendorong kita untuk lebih banyak berzikir, mengucapkan hal-hal yang baik, bermanfaat, atau diam jika tidak ada yang perlu disampaikan. Diam dalam konteks ini bukanlah pasif, melainkan aktif dalam mengendalikan diri dari perkataan yang sia-sia atau merugikan.

Pada akhirnya, kesadaran akan pengawasan ini mendorong kita untuk senantiasa berintrospeksi diri dan memperbaiki kualitas lisan. Menjaga lisan adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat ditekankan dalam Islam, karena banyak dosa yang berawal dari lidah. Dengan menjaga lisan, kita tidak hanya melindungi diri dari potensi dosa, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan sesama, menciptakan kedamaian, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.