Persahabatan Kami

Persahabatan Kami
Oleh : Adi Kelas VIII3
Di tengah hiruk pikuk kantin sekolah, Rio terlihat murung sambil mengaduk-aduk baksonya. Budi yang duduk di hadapannya menyadari ada yang tak beres. "Kenapa, Yo? Muka kamu kusut banget," tanya Budi sambil menepuk pundak sahabatnya itu. Rio menghela napas panjang. "Gini, Bud. Aku bingung banget sama soal matematika tadi. Udah coba berkali-kali, tapi tetep aja enggak nemu jawabannya. Aku takut banget besok enggak bisa ngerjain."
Budi tersenyum ramah. "Santai aja, Yo. Itu cuma soal, bukan akhir dari segalanya," katanya menenangkan. "Nanti pulang sekolah, kita belajar bareng aja di rumahku. Jangan khawatir." Kata-kata Budi terasa seperti oase di tengah gurun bagi Rio. Mereka berdua sering kali saling membantu, Rio yang jago biologi sering membantu Budi, sementara Budi dengan sabar mengajari Rio matematika. Persahabatan mereka lebih dari sekadar main bersama; itu adalah ikatan saling mendukung, sebuah tim yang tidak pernah membiarkan satu sama lain jatuh.
Sore itu, di meja belajar Budi, tumpukan buku dan kertas berserakan. Rio akhirnya bisa memahami rumus-rumus yang tadinya terasa rumit. Ia menatap Budi dengan mata berbinar. "Makasih banyak, Bud. Aku enggak tahu harus gimana kalau enggak ada kamu." Budi hanya tertawa kecil. "Sama-sama, Yo. Kita kan sahabat. Persahabatan itu tentang saling bantu, bukan?" Rio mengangguk setuju. Ia sadar, pelajaran yang paling berharga di sekolah bukanlah yang ada di buku, melainkan pelajaran tentang persahabatan. Pelajaran tentang bagaimana sebuah tangan yang mengulur bisa membuat perbedaan besar dalam hidup seseorang.