Lomba Puisi

Lomba Puisi
Dika adalah anak yang suka menulis puisi. Puisi-puisinya sangat indah, tapi ia tidak pernah mau membacakannya di depan orang lain. Ia merasa suaranya jelek dan ia takut puisi yang ia tulis tidak disukai. Saat guru mengumumkan lomba puisi, Dika hanya diam dan tidak mendaftar.
Suatu hari, guru memanggil Dika. "Dika, Ibu tahu kamu sangat pandai menulis. Kenapa tidak ikut lomba?" tanya Ibu guru. Dika menjelaskan ketakutannya. Ibu guru tersenyum dan berkata, "Puisi itu tentang perasaan, bukan hanya suara. Suara yang paling indah adalah suara yang jujur. Puisi yang kamu tulis berasal dari hatimu, itu sudah sangat indah."
Kata-kata ibu guru membuat Dika merasa lebih berani. Ia memutuskan untuk mencoba. Saat hari perlombaan, ia naik ke panggung dengan gemetar. Namun, saat ia mulai membaca puisi, ia membayangkan ia sedang membacakan puisi itu untuk dirinya sendiri. Suaranya menjadi lebih tenang dan penuh perasaan. Dika tidak memenangkan lomba, tapi ia mendapat tepuk tangan yang meriah. Ia telah mengalahkan rasa takutnya. (*5)