PR Matematika yang Sulit

PR Matematika yang Sulit

Sore itu, Santi duduk di mejanya, berhadapan dengan tumpukan buku matematika. Ia merasa pusing. Soal-soal PR itu terasa seperti teka-teki yang mustahil dipecahkan. Sudah hampir satu jam, tapi ia hanya bisa mengerjakan dua soal. Ia merasa frustrasi dan ingin menyerah. "Aku nggak bisa!" bisiknya. Ia memandang ke luar jendela, melihat teman-temannya sedang bermain bola di lapangan.

Ibunya yang melihat Santi kesulitan lalu membawakan segelas teh hangat. "Ada apa, Sayang? Kok kelihatannya berat sekali?" tanya Ibu. Santi menunjukkan soal-soal itu. "Sulit sekali, Bu. Aku sudah coba, tapi tidak bisa," jawabnya lesu. Ibu tersenyum. "Jangan langsung menyerah. Coba kita kerjakan pelan-pelan. Ingat, masalah besar itu bisa dipecah jadi masalah-masalah kecil."

Santi dan Ibu lalu mulai membahas soal itu bersama. Ibu tidak langsung memberi jawaban, tapi membimbing Santi langkah demi langkah. Pelan-pelan, Santi mulai mengerti. Setelah beberapa waktu, semua soal akhirnya selesai. Santi merasa sangat bangga. Ia belajar bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, dan dengan kesabaran, hal yang sulit pun bisa diselesaikan. (TM)