Syukur dalam Hening Subuh
Syukur dalam Hening Subuh
By : L
Saat fajar menyentuh tirai sunyi,
Ku tegakkan dahi di atas bumi.
Bukan karena harta yang melimpah ruah,
Namun karena nafas yang Kau anugerah.
Di setiap denyut nadi yang masih Kau izinkan,
Adalah nikmat hidup yang tak terperi.
Maka biarlah lisan tak henti mengulang,
Alhamdulillah, Engkau Maha Memberi.
Makna:
Puisi ini berfokus pada tema syukur yang mendalam, menggunakan waktu subuh sebagai latar spiritual. Penyair mengungkapkan bahwa alasan bersyukur yang paling mendasar bukanlah kekayaan materi atau pencapaian duniawi, melainkan anugerah kehidupan itu sendiri—nafas yang masih diizinkan berhembus dan denyut nadi yang masih bekerja. Ini adalah kesadaran akan hakikat bahwa eksistensi manusia adalah karunia terbesar dari Allah yang seringkali dilupakan.
Puisi ini juga mengajak pada refleksi bahwa rasa syukur harus diterjemahkan melalui amalan hati dan lisan yang berkelanjutan. Kalimat "Alhamdulillah" menjadi inti dari puisi, menegaskan bahwa segala puji adalah milik Allah karena Ia adalah Maha Memberi (Al-Wahhab). Syukur yang sejati adalah ketika seseorang mengakui setiap detik hidup, setiap fungsi tubuh, dan setiap kesempatan adalah rezeki, sehingga ia tidak lagi mengeluh atas kekurangan, melainkan berfokus pada kelimpahan nikmat yang ada.