Jam Lima Pagi
Jam Lima Pagi
Oleh L
Dunia masih memeluk selimut malam,
Tapi dingin subuh telah memanggil nama.
Kasur yang hangat terasa lebih dalam,
Menguji janji ketaatan yang utama.
Kau tinggalkan bantal, menuju air yang sejuk,
Membasuh wajah dari sisa kantuk yang kental.
Itulah bukti cinta, yang tak perlu disanjung,
Hamba yang mencari Tuhannya, di saat dunia terlelap total.
Makna:
Puisi ini menggambarkan sebuah momen krusial dalam rutinitas harian seorang Muslim: waktu subuh. Waktu ini dipilih sebagai ujian spiritual tertinggi karena melawan kenyamanan alami manusia—ingin terus tidur dan menghindari hawa dingin. Kasur yang hangat adalah simbol dari godaan duniawi yang menghalangi ketaatan.
Meskipun sederhana, tindakan meninggalkan kenyamanan untuk berwudu dan menunaikan shalat diibaratkan sebagai bukti cinta yang paling tulus kepada Allah. Momen "saat dunia terlelap total" menjadi waktu eksklusif antara hamba dan Penciptanya, di mana tidak ada dorongan sosial atau pengawasan publik. Puisi ini memuliakan tindakan disiplin diri yang sunyi dan konsisten ini sebagai ibadah yang bernilai tinggi.