Rimpu: Busana Santun dan Identitas Perempuan Suku Bima

Rimpu: Busana Santun dan Identitas Perempuan Suku Bima 

Rimpu adalah tradisi berbusana khas suku Bima, atau yang dikenal dengan sebutan Dou Mbojo, di Nusa Tenggara Barat, yang diperuntukkan bagi kaum perempuan. Tradisi ini merupakan perwujudan kearifan lokal yang sarat nilai religius dan budaya, sejalan dengan filosofi hidup masyarakat Bima setelah masuknya Islam. Busana Rimpu secara esensial berfungsi sebagai penutup aurat, sebuah manifestasi dari nilai kesopanan dan kehormatan yang dijunjung tinggi. Bahan utama yang digunakan dalam Rimpu adalah sarung tenun khas Bima yang indah dan otentik, dikenal dengan nama Tembe Nggoli.

Cara penggunaan Rimpu tergolong unik dan menjadi ciri khas yang membedakannya. Busana ini selalu menggunakan dua lembar kain Tembe Nggoli. Lembar kain pertama digunakan untuk menutupi bagian kepala dan dada, dililitkan sedemikian rupa sehingga hanya menyisakan celah kecil di bagian wajah. Sementara itu, lembar kain kedua berfungsi sebagai pengganti rok, dipakai dengan melilitkan kain dari pinggul hingga menjulur ke bawah layaknya penggunaan kain sarung pada umumnya. Secara simbolis, terdapat dua jenis Rimpu yang dibedakan berdasarkan status pemakainya: Rimpu Mpida yang biasanya dikenakan oleh gadis atau wanita belum menikah, di mana wajahnya tertutup rapat hingga hanya mata yang terlihat; dan Rimpu Colo yang wajahnya dibiarkan terbuka, umumnya dipakai oleh ibu-ibu atau wanita yang sudah bersuami.

Lebih dari sekadar pakaian, Rimpu mencerminkan falsafah luhur masyarakat Bima, yaitu "Maja Labo Dahu" yang berarti "Malu dan Takut." Filosofi ini mengajarkan perempuan Bima untuk senantiasa menjaga kehormatan diri dengan menutup aurat, sekaligus menanamkan rasa takut kepada Tuhan dan malu terhadap sesama. Melalui busana Rimpu dan Tembe Nggoli, identitas perempuan Bima sebagai Muslimah yang anggun, bersahaja, dan memegang teguh norma agama serta budaya, terpelihara dengan kuat. Hingga kini, Rimpu terus dilestarikan dan menjadi ikon budaya Bima yang sering ditampilkan dalam acara-acara adat maupun festival budaya. (Tim WEKI)