Mencintai Sesama

Laa yu’minu ahadukum hatta yuhibba liakhihi maa yuhibba linafsih.
Artinya: “Tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri,” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45).
Hadis riwayat Bukhari dan Muslim ini menjelaskan salah satu tolok ukur kesempurnaan iman seseorang dalam Islam.
* "Laa yu’minu ahadukum hatta...": Artinya, "Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sehingga...". Bagian ini menunjukkan bahwa ada syarat atau kondisi yang harus dipenuhi agar iman seseorang mencapai derajat kesempurnaan.
* "...yuhibba liakhihi maa yuhibba linafsih.": Artinya, "...dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.". Inilah syarat kesempurnaan iman yang dimaksud. "Saudara" di sini memiliki makna yang luas, mencakup saudara seiman (Muslim) maupun sesama manusia secara umum.
Singkatnya, hadis ini mengajarkan bahwa salah satu indikator penting dari iman yang sempurna adalah adanya rasa cinta dan kepedulian terhadap orang lain (saudaranya) sebagaimana ia mencintai dan peduli terhadap dirinya sendiri. Ini berarti mengharapkan kebaikan dan menghindari keburukan bagi orang lain seperti yang ia harapkan dan hindari untuk dirinya sendiri. Hadis ini menekankan pentingnya altruisme, empati, dan persaudaraan dalam ajaran Islam, di mana kesejahteraan dan kebaikan bersama menjadi bagian integral dari keimanan seseorang.